Cerita 1: Penggalauan Nasional Guru Bahasa Inggris SD Kabupaten Pekalongan

Pada tanggal 4 Juli 2012 lalu guru-guru PNS Bahasa Inggris SD diundang ke Aula UPT Dindikbud Kajen guna mendapat penjelasan tentang Penataan Guru Bahasa Inggris SD. Dalam pertemuan inilah kami benar-benar tahu fakta sebenarnya. Pemindahan ini katanya demi menyelamatkan guru Bahasa Inggris SD yang berstatus PNS karena dalam peraturan baru di SD hanya ada guru kelas, kepala sekolah dan dua guru mapel (PAI dan PenjasOrkes). Bisa dikatakan kami berada diluar sistem.

Waktu itu memang undangannya hanya disebutkan “penjelasan”, maka saya mengira memang benar-benar diberi penjelasan. Ternyata, kami juga dites kemampuan Bahasa Inggrisnya dengan menerjemahkan dua buah teks, Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris.

FYI, guru Bahasa Inggris SD di Kabupaten Pekalongan yang berstatus PNS berjumlah kurang lebih 84 orang. Dan dari jumlah ini semuanya akan ditempatkan di SMP/SMA negeri di Kabupaten Pekalongan juga. Tentu saja SMP/ SMA yang tersedia mungkin tidak bisa menerima jumlah guru PNS dari SD yang bejumlah 84 ini. Konon, tes inilah yang menjadi tolak ukur penempatan kami. Pembagian jam didasarkan pada status sertifikasi dan masa kerja. Bagi yang sudah sertifikasi diutamakan untuk mendapat 24 jam, tak peduli seperti apapun hasil tesnya. Sementara yang lain, diberi pilihan apakah ingin tetap di SD dengan konsekuensi alih tugas menjadi guru kelas dan kuliah lagi jurusan PGSD, menjadi TU, mutasi, atau mengikuti alur yang sudah diberikan oleh pemerintah setempat.

Jika informasi yang saya dapat tidak salah, ada sekitar 18 orang yang memilih untuk melimpah menjadi guru kelas. Alasannya bukan karena takut mengajar di tingkat SMP/ SMA ataupun hasil tesnya jelek seperti isu yang dihembuskan oleh oknum tertentu. Namun, mereka memiliki alasan tersendiri mulai dari masalah kenyamanan sampai takut jika ditempatkan di daerah yang jauh. Sementara yang mengajukan mutasi, sementara ada 3 orang. Mungkin kedepannya jumlah ini akan terus bertambah mengingat beberapa guru berasal dari luar daerah.