Bicara Manajemen Sekolah (Part II)

Berkaitan dg postingan sebelumnya tentang manajemen sekolah yang baik, saya akan meralat kalimat bahwa “di Indonesia sepertinya belum ada sekolah yang menerima siswa dengan input biasa saja namun menghasilkan output yang luar biasa.” Ternyata di Indonesia sudah ada sekolah yang saya maksudkan. Nama sekolah tersebut adalah SMP YIMI (Yayasan Islam Malik Ibrahim) Gresik. Namun, saya tidak akan panjang lebar membahas tentang sejarah sekolah tersebut. Yang pasti sekolah tersebut telah menerapkan penerimaan siswa baru tanpa tes sebagaimana sekolah ‘itu-tu’*). Mereka menganut the best process, bukan the best input, dan hal ini sudah memasuki tahun kelima pelaksanaanya. Namun demikian, telah terbukti siswa di sekolah tersebut lulus 100%  meskipun siswa yang masuk oleh masyarakat umum disebut siswa dengan kemampuan kurang, bodoh, dan nakal-nakal.

Karena menganut the best process, calon siswa yang lebih awal mendaftar akan langsung diterima tanpa tes, apapun keadaan siswanya. Tak peduli apakah nilai siswa itu bagus atau jeblok. Selama tidak melebihi pagu yang telah ditetapkan, siapa pun pasti bisa masuk. Semisal kapasitas ruangan untuk 180 siswa, sekolah tersebut akan menerima 180 pendaftar pertama.

Dan ternyata, benar juga teori manajemen sekolah yang pernah saya sampaikan. Saya katakan hal itu mungkin terjadi kan? Ya, mungkin terjadi dengan kerjasama seluruh komponen sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, BK, dan karyawan. SMP YIMI Gresik sebelumnya merupakan sekolah yang hampir ditinggalkan masyarakat.karena sebelum menerapkan strateri MIS (Multiple Intelligences System), sekolah yang sebelumnya bernama SMP Malik Ibrahim ini pernah hanya menerima 2 siswa pada tahun ajaran baru. Namun, perubahan terjadi karena adanya komitmen yayasan dan komponen sekolah yang mau berjuang bersama menuju arah yang lebih baik.

Saat ini, saya memimpikan hal yang sama terjadi pada sekolah-sekolah saya khususnya (sekolah tempat saya mengajar, baik dulu atau sekarang) dan sekolah di Indonesia pada umumnya. Seperti yang saya katakan sebelumnya, kunci perubahan ini adalah komitmen, maka saya memimpikan jika kepala sekolah/ yayasan/ pemerintah mau mengeluarkan dana untuk penerapan metode ini. Dana disini adalah dana yang diperlukan untuk konsultasi dengan konsultan pendidikan dan untuk pelatihan guru. Konsultan pendidikan yang handal tentang MIS akan membantu perubahan yang diimpikan, sedang para guru perlu mendapat pelatihan tentang MIS dan penerapannya. Namun  demikian, pendanaan ini tidak akan berguna tanpa ada komitmen dari para guru. Guru dalam strategi ini dituntut untuk lebih peduli kepada siswanya dan lebih kreatif dalam proses pembelajaran.
Saya yakin dan percaya bahwa penerapan metode MIS yang baik dan benar akan membuat para guru lebih mudah dalam mengajar siswanya. 

Comments