A Confession of... (Part I)

Beberapa waktu lalu saya pernah menulis note dengan hudul “Stereotype Kecerdasan”, jujur saja itu lebih bersifat teoretis, saya masih berusaha mempraktekkannya. Ya... bertahun-tahun hidup dengan pengertian kecerdasan lama membuat pikiran saya agak lambat untuk mempraktekkannya. Apalagi saya termasuk orang yang diuntungkan dengan teori kecerdasan lama ini.

Teori kecerdasan lama percaya bahwa anak yang nilai akademisnya bagus itu-lah anak yang cerdas, sedangkan teori kecerdasan baru berkaitan dengan kecerdasan majemuk yang menekankan bahwa semua anak cerdas dengan kecerdasannya masing-masing; cerdas logika-matematika, interpersonal, intrapersonal, linguistik, musikal, visual-ruang atau kinestetis.

Perlu usaha yang cukup keras untuk menanamkan teori kecerdasan baru ini dan mempraktekkannya. Saya sudah mengatakan kepada siswa-siswa saya bahwa mereka semua pintar, meskipun kurang tulus sebenarnya, hehe.. ketahuan deh. Terkadang pengkotak-kotakan anak bodoh dan pintar ini masih muncul dalam pikiran saya, apalagi dengan keadaan di sekitar yang mana masih banyak orang masih mengkotakkan anak bodoh dan pintar ini.

I’ve to be more open-minded untuk mencapai tahapan sempurna dan dengan tulus mengatakan: “Kalian itu pintar.” Hal ini demi mencapai tahapan yang sempurna, agar lebih mudah saya mengajar dan tidak mudah frustasi.

Comments