Teacher and Make Up

Setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran, Primagama memberikan angket kepada siswanya. Angket ini bertujuan untuk menilai kualitas seorang I-smart di depan siswanya. Salah satu poin yang dinilai adalah make up, dan kebetulan saya mendapat saran dan kritik pada poin ini. Yea.. saya memang tidak pandai berdandan. Kalau berangkat kerja/ hang out saya hanya memakai bedak dan kalau lagi pengen kadang-kadang saya memakai lip-gloss dan celak. Tapi, seringnya hanya bedakan, itu pun bedaknya cepat kabur. Siang dikit bedaknya sudah luntur karena keringat.


Masalah make- up ini agak mengganggu saya, selain karena saya pernah dikritik berkaitan dengan hal in, beberapa pendapat yang beredar membuat saya agak gimanaaa gitu. Rekan guru saya di SMK pernah bilang tentang bu Fulanah (mengajar di MTs): “Bu Fulanah itu kalau ngajar bagus lho! Wajahnya warna-warni. Kalau gitu kan siswanya jadi seneng dan memperhatikan.” Yang dimaksud dengan wajah warna-warni disini adalah memakai eye shadow, blush on, lipstik, bedak etc). Saya juga melihat sekeliling saya, kebanyakan guru-guru muda (perempuan) di tingkat SMA kebanyakan berias, seperti tadi- wajahnya warna-warni.

Saya pernah menanyakan masalah make-up ini kepada ayah saya yang sudah menjadi guru puluhan tahun, jawabannya cukup menguntungkan anaknya yang tidak bisa dandan ini: “Memakai riasan boleh saja, tapi jangan berlebihan/ menor. Harus bisa menyesuaikan.”

But, I still wonder tentang batasan riasan seorang guru perempuan. Apakah perlu merias wajah dengan eye shadow, lipstick, blush on, etc untuk menarik siswanya??? Mmm... kalau tingkat SD sepertinya tidak perlu, kalau tingkat SMP/ SMA???

Comments