BALADA RISQON DAN LUHUR

Sebelumnya telah terbit tulisan berjudul "Balada Monik dan Rindang", kali ini judulnya adalah "Balada Risqon dan Luhur". Risqon dan Luhur adalah dua murid les saya yang duduk di kelas 4 SD. Mereka berdua memiliki tubuh yang sama gedenya-bisa dikatakan gendut dan katanya memiliki kecenderungan yang sama: anak-anak otak kanan. 

Mengapa Risqon dan Luhur?

Mereka berdua saya angkat ke sebuah tulisan karena mereka unik, ya saya suka hal-hal yang unik, anak-anak unik dan orang-orang unik. Keunikan ini-lah yang membuat sesuatu menarik untuk diperbincangkan. 


Anak kelas 4 SD di lembaga saya hanya terdiri dari dua anak gendut ini, tapi tingkah mereka tidak jarang membuat para I-smart kewalahan dan kehilangan akal untuk membuat mereka mau mengikuti pelajaran. Kalau boleh jujur, sebenarnya salah satu anak ini tidak terlalu 'bertingkah', tapi karena yang satunya pintar mempengaruhi, jadilah mereka sekutu yang sejiwa banget. *Wait a minute, 'sekutu' sepertinya tidak cocok digunakan untuk mereka, mungkin lebih cocok digunakan 'segajah' :D

Apa yang Mereka Perbuat?

Pada awal mereka belajar, mereka adalah anak-anak manis yang selalu duduk manis dan mendengarkan ketika diberi pelajaran. Itu awalnya, karena mereka belum saling mengenal dengan baik. Lama-lama, terutama masuk semester dua ini, mereka agak 'liar'. Jangan salah artikan liar disini seperti singa si raja hutan atau macan teman si raja hutan. Liar disini hanyalah kelucuan anak-anak sahaja. Biasalah.. saya kan agak lebay gitu, jadi lebih enak menggunakan istilah liar. Jarang sekali mereka bisa belajar, dan mau mendengarkan pelajaran secara penuh. Mereka tidak jarang main-main di dalam kelas dengan menata-nata kursi menjadi "Megatron". Lain waktu mereka (bareng-bareng), ijin ke belakang tapi tidak juga kembali ke kelas. Mereka malah ngumpet di kelas lain, di luar, di kantin, atau di mushola. Main-main dengan matikan lampu lalu bersembunyi di bawah kursi juga hal yang biasa. Terakhir, ketika pelajaran SAINS dan diajak praktik, malah air yang buat praktik dibuat mainan. 

Bagaimana saya menghadapi mereka?

Aha! Mereka lebih suka belajar sambil bermain. Dulu, mereka suka sekali mengawali pelajaran dengan berbalas pantun. Sekarang ini, sepertinya mereka bosan main lempar pantun. Saya juga mau menuruti mereka untuk memberikan kartu yugi di setiap pertemuan. Tujuannya satu, agar mereka mau belajar. Beberapa waktu lalu, mereka saya ajak main ular tangga. Tapi bukan sembarang ular tangga, syarat jika mau melangkah mereka harus berhasil menjawab pertanyaan yang saya berikan. Beberapa minggu permainan ini berhasil mengalihkan mereka dan 'menipu' mereka. Mereka tidak merasa sedang belajar, tetapi mereka merasa sedang bermain sehingga menjalaninya dengan hati riang gembira. Setelah mereka agak bosan, saya ganti lagi dengan permainan monopoli dengan konsep hampir sama dengan ular tangga. Hari ini, dua permainan ini tidak berhasil membius mereka dan membuat mereka belajar. Maka, dengan sangat mendadak saya memberikan permainan harta karun dimana mereka harus mencari lembaran kertas berisi soal (pertanyaan dan jawaban), sesudah mengumpulkannya mereka mencocokkan pertanyaan dengan jawaban. Minggu depan, kami sepakat untuk membuat permainan 'petak umpet' yang konsepnya saya masih bingung. Intinya masih tentang mencari harta karun tetapi mereka bisa menemukannya jika berhasil menjawab petunjuk-petunjuk yang mereka temukan. Tadi, saya juga sudah bilang bahwa masing-masing dari mereka akan diberi peta harta karun. 

Comments

  1. wah..sepertinya mereka anak-anak yang lucu ya..
    :p

    ReplyDelete
  2. hmm....memang...kalo gendut2 itu kebanyakan pada kanan...karena yg kanan itu makmur...right?

    ReplyDelete
  3. hehehe..ndak yo? gmn kl ternyata gendutnya karena busunglapar coba?

    ReplyDelete

Post a Comment