There’s No Such A Thing in This World


Muda foya-foya
Tua kaya raya
Mati masuk surga

Kata-kata ini pastinya tak asing di telinga kita. Kebanyakan anak ABG mengucapkan hal ini, entah sekedar di mulut atau memang benar-benar prinsip ini mereka tetapkan di dalam sanubari mereka.
Yang pasti, sebanyak yang saya tahu, hal semacam ini tidak terjadi di dunia nyata. Orang yang mendapat kekayaan dan kesuksesan lebih dari yang lain berusaha lebih keras ketimbang yang lain pula. Orang yang masuk surga adalah orang yang rajin ibadahnya, bahkan jauh dari kata foya-foya. Yeea..unless orang itu bertaubat sebelumnya. Meskipun saya tidak tahu pasti siapa yang akan masuk surga, paling tidak secara umum kita tahu bahwa surga itu diperuntukkan bagi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa. Usaha berbanding lurus dengan hasilnya- ini merupakan postulat alam. Dengan kata lain, yang kita tuai adalah yang kita tanam. Tak mungkin kita menuai mangga jika kita menanam pisang.
Sebagai umat islam, tentunya yang pantas menjadi suri tauladan adalah nabi besar Muhammad SAW. Pernah membaca sejarah beliau? Apakah beliau adalah seorang muda yang foya-foya, lalu tua kaya raya dan mati masuk surga? TIDAK!
Merentet lagi ke para sahabat. Adakah Usman bin Affan atau Abdurrahman bin Auf yang kaya itu juga foya-foya di masa mudanya?? TIDAK!!!
Jika kisah tentang Nabi dan sahabat terasa jauh karena kalian belum lahir saat itu, maka saya menggelontorkan contoh yang saksi sejarahnya masih ada dan bisa diwawancarai, yakni sebagai berikut:
Ayah saya, dulu dijadikan bahan ejekan bulan-bulanan orang kampung. Karena beliau berusaha lebih keras ketimbang orang lain di kampung, keadaan berbalik sekarang. Juga tentang cibiran rekan-rekan kerja beliau ketika beliau menempuh study S1 (beliau lulus S1 di tahun 1999). Dulu beliau mengambil S1 bukan karena ingin mendapat sertifikasi, tetapi murni karena niat mencari ilmu. Hasilnya, beliau termasuk golongan orang pertama yang mendapat sertifikasi. Sekarang disaat orang-orang seusia beliau sekolah lagi memburu ijazah S1 karena ingin mendapat sertifikasi, beliau sudah selangkah lebih maju.
Contoh lain, mantan kepala sekolah di SD saya. Beliau tidur dari jam 7-12 malam. Setelahnya, beliau habiskan untuk bekerja membuat administrasi sekolah dll. Beliau terjaga sampai jam 7 malam lagi. Sekarang, di usia terbilang muda beliau telah menjadi pengawas. Sementara, rekan kerja sebayanya masih menjadi guru yang jabatan terakhirnya adalah wali kelas. Itulah kawan, orang yang mencapai kesuksesan adalah orang yang bekerja lebih keras dan tidurnya lebih pendek.
Saya juga melihat teman-teman, kakak kelas, guru atau dosen saya yang mencapai keberhasilan. Keberhasilan yang dibayar dengan keringat dan usaha. Hidup mereka bukan hanya kehidupan yang mengalir seperti air, tapi hidup mereka adalah hidup yang penuh dengan target, tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Mereka bukan orang yang hanya menerima apa yang mereka miliki, tetapi mereka mencari dan berusaha mendapatkan lebih dari apa yang mereka miliki sekarang. Bukankah memang rejeki itu seperti itu? Ada rejeki yang memang digariskan sebagai bagian kita, ada juga rejeki yang memang bisa menjadi milik kita jika kita mencari dan berusaha mendapatkannya.

Comments