Serpihan Cinta Masa Lalu


Siang itu terjadi keributan di kantor Aida. Eli, istri mantan pacarnya datang.

“Kenapa kau tak bisa menjauh dari kehidupanku dan mas Dian? Kamu ini seorang wanita, mengertilah akan perasaanku!” Adunya dengan nada tinggi.

“Saya tidak mengerti,” Aida terkejut mendengarnya. Ia tak tahu mengapa tiba-tiba Eli datang ke kantornya dan berkata demikian.

Namun, Eli sudah dikuasai emosinya, “Dasar wanita munafik! Apa yang kamu cari dari pria beristri?! Diluar sana masih banyak pria single, kenapa kamu tak bisa melepaskan mas Dian dan membiarkannya hidup bahagia denganku?”

Tangisnya pecah. Aida berusaha menenangkannya. Namun, Eli justru menepisnya.

“Jangan coba dekati aku. Aku takkan pernah membiarkanmu mengambil mas Dian dari sisiku. Apalagi membiarkannya memaduku denganmu. Tidak akan pernah!”

Aida tersenyum. Ia mulai tahu akar permasalahannya. “Mbak...lebih baik hapus air mata mbak. Tidak usah khawatir saya akan mengambil suami mbak. Saya sudah melupakannya. Dia hanya sebagian kecil dari masa lalu saya,” ujar Aida.
Yah, meskipun sulit baginya untuk mengikhlaskan segalanya. Aida mulai menerima sebuah kenyataan pahit jika Dian, yang pernah menyakitinya dengan menikahi Eli, memang bukan jodohnya. Dulu mereka memang pernah merencanakan untuk menikah suatu hari dan Aida bersedia dipoligami. Tapi, Aida menyadari terlalu banyak yang harus dipertimbangkan dan dikorbankan, mulai dari perasaan Eli, istri pertamanya, keluarga Dian, dan keluarga Aida sendiri. Tak ada seorang wanita pun rela dimadu, dan tak ada orang tua yang rela anaknya dijadikan istri kedua. Aida pun mulai berpikir jernih, ia tak mau menyerahkan hatinya pada seseorang yang dulu begitu pengecut, tak mampu mempertahankan cintanya dan memenuhi seribu janji yang ia ucap.

“Masih bisa kamu berkelit. Lihat surat-surat ini!” Eli melemparkan sejumlah surat ke muka Aida. Aida membacanya sekilas, kebanyakan isinya tentang perasaan Dian. Dian yang masih mencintainya, Dian yang tidak merasa bahagia meskipun sudah menikah tiga tahun dengan Eli dan rencananya untuk meminangnya tahun ini.

“Mbak tenang aja, Dian takkan pernah memadu mbak. Minggu depan saya menikah,” Aida berharap kalimat ini bisa menenangkan Eli.

Eli memandanginya tak percaya. Aida tersenyum mengangguk.

Tak berapa lama, Dian datang pula ke kantor Aida. Ia terlihat kebingungan. Melihat dua wanitanya sedang berhadapan, Dian tambah salah tingkah.

“Bawa istrimu pulang,” ujar Aida dingin. “Jaga dia baik-baik, cukup satu wanita yang kau sakiti, jangan sakiti istrimu dengan berpikir untuk menikah lagi dan menyatukan kepingan masa lalu yang tiada berarti lagi.” Lanjutnya.

Dian menuntun Eli ke mobilnya. Ia sempat menoleh seraya berbisik, “I will always love you.”

By: Musyafiah


FF ini diikutsertakan dalam Lomba FF 400 kata bertema POLIGAMI

Comments