Nikmat yang Manakah Lagi yang Akan Kau Dustakan?

Bukan menyulut perdebatan panjang tentang mana yg lebih baik, ibu bekerja atau ibu rumah tangga, ibu yg melahirkan normal atau cesar, ibu yang full asi atau pakai sufor,dst dst. Namun, saya hanya ingin menulis. Full stop.


This is just my own opinion, other people must have different opinion.
Bagi saya pribadi, melahirkan cesar membuat saya merasa belum menjadi ibu sesungguhnya. Meskipun ada cerita yang cukup panjang dibaliknya. Berbagai ikhtiar sudah kami lakukan agar bisa melahirkan normal, tapi sampai di titik akhir, saya tetap harus di cesar, although it's hard I have accepted it as my destiny. What more I can say. 

Terkadang ada berbagai pendapat dan cerita yang membuat diri saya merasa kerdil, misalnya saja saat menengok bayi dan si ibu bercerita tentang perjuangannya melahirkan normal, yang tentu saja akan dibarengi dengan sambungan cerita persalinan normal masing-masing yang hadir. They seem to be proud. 
Atau ketika ada seseorang yang mengatakan, "dia orang baik, maka kelahirannya dimudahkan". Wow..that's rather hurt. Ya...meskipun di lubuk hati terdalam saya juga tahu bahwa saya ini hamba Allah yang berlumur dosa, but hearing that words make me feel like "I am evil" although she didn't mean that. 

Namun, untuk menghibur diri, saya sering berkata bahwa yang paling penting bukanlah proses persalinannya tapi sesudahnya. Yup, menikah juga begitu, bukan seberapa mewah pesta pernikahannya, tapi sesudahnya. Banyak hal yang lebih bisa saya banggakan diluar ketidakmampuan saya melahirkan normal.

Meskipun saya cesar, tapi saya bisa menyusui putri saya 2 tahun penuh, ASI eksklusif juga. Saya adalah orang yang berprinsip dan mau berjuang. Meskipun suami dan orangtua melonggar tentang masalah ASI X, saya tetep keukeuh. Alhamdulillah, Allah mengganti nikmat kelahiran normal dengan tumbuh kembang serta kesehatan bayi ASI. Proses penyapihan Hana pun tak membutuhkan banyak energi. Saya melakukan metode "weaning with love" -menyapih dengan cinta. Tak ada drama panjang, hanya rewel sampai 3 hari saat malam saja. 

During that times, I also insist to say no to diapers. Tentu saja, kecuali ketika bepergian atau kehabisan stok pakaian saat musim hujan. How many moms in this world do the same thing? Meskipun resikonya adalah rumah bau pesing tak karuan, but I did it. Kini, sedari usia 2,5 tahun, Hana tidak lagi mengompol. It also means that I have contribute to the environment and to my own finacial condition. Secara lebih ngirit ya...

Those the things that make me forget about my hurt feeling. Allah has given me more gift than just give birth in normal way. Maka, nikmat yang manakah lagi yang akan ku dustakan?


Comments