Hari Kartini

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tanggal 21 April Indonesia merayakan hari Kartini. Namun, yang masih tidak berubah dari tahun ke tahun adalah cara perayaannya yang hanya dengan memakai kebaya atau lomba-lomba yang diluar spirit perjuangan R.A Kartini sendiri. Bahkan agaknya,  tambah tahun kian parah salah fokusnya. Jika dulu perayaan dengan make up tebal dan berkebaya itu hanya di sekolah tertentu,  kini hal tersebut adalah trend yang merata di kalangan masyarakat kita.

Pada masanya, saya pun pernah merayakan Hari Kartini dengan cara yang sama, tapi seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa hal itu kurang tepat dilakukan. Terlalu dangkal jika perjuangan R.A. Kartini hanya dimaknai dengan memakai kebaya saja. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan memakai kebaya, bagaimanapun juga itu pakaian adat kita.  Namun takutnya,  kelak anak-anak kita yang masih ingusan itu hanya mengingat kebayanya tanpa tahu apa yang diperjuangkan Ibu Kartini.

Sepengetahuan saya yang terbatas ini,  R.A. Kartini menyuarakan emansipasi wanita.  Diantara hal yang diperjuangkannya adalah kesetaraan hak memperoleh pendidikan bagi perempuan. Beliau adalah sosok cerdas yang kritis dan suka membaca serta menulis. Bahkan, lewat tulisan lah beliau berjuang. Surat-surat beliau yang berisi ide dan gagasan cerdas akhirnya dibukukan dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang"  atau "Door Duisternis tot Licht."

Singkat kata, salah satu dampak yang kita rasakan dari buah pikiran beliau adalah kini perempuan Indonesia pada umumnya dan perempuan Jawa khususnya, dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin.


NB: Diantara banyaknya ide dan gagasan beliau tentang perempuan,  tak ada satu pun yang menyebutkan kebaya. 

Comments