TPN 2017: Kelas Penggerak, Miskonsepsi Pendidikan

Bagi anggota KGB Pekalongan yang ikut TPN, nama penggerak atau bukan hanyalah perwakilan saja karena jumlah beasiswa yang ditawarkan terbatas. Sebenarnya, bisa dikatakan hampir semua yang ikut TPN pantes mendapat gelar penggerak.

Keistimewaan sebagai penggerak diantaranya adalah menginap di orang tua cikal/ LPMP (baca: free) dan dapat mengikuti kelas penggerak yang artinya juga mengerjakan tugas awal penggerak. Penggerak artinya tidak hanya belajar untuk dirinya sendiri, tetapi berkewajiban menghidupkan KGB daerahnya dan memotivasi guru lain untuk belajar. 


Dalam waktu kurang lebih 9 jam itu, kami mendapatkan beberapa materi menarik, diantaranya tentang teori jejaring sosial dan mengawali gerakan. Dalam kegiatan ini, Bu Najeela Shihab sebagai pendiri Kampus Guru Cikal juga menjelaskan tentang berbagai miskonsepsi dalam pendidikan. 

Beberapa kata-kata beliau cukup menohok bagi saya, menimbulkan kefahaman tersendiri kenapa teman-teman yang sudah malang melintang di dunia per-KGB-an seperti Pak Nunuk atau Pak Risky sudah tidak lagi menganggap bahwa nilai itu sesuatu yang penting. Sampai sekarang, saya pun belum bisa sepenuhnya nenyetujui gagasan ini, tapi saya paham kenapa seharusnya kita sebagai guru tidak boleh menjadikan nilai sebagai tolok ukur keberhasilan pendidikan, dan bahwa seharusnya kita menumbuhkan motivasi internal siswa dalam belajar. 

Namun, saya masih tidak bisa mengesampingkan peran nilai ini dalam kehidupan. Saya lebih setuju dengan pandangan bahwa nilai yang baik memang bukan segalanya, bukan jaminan kesuksesan seseorang di masa depan, tetapi nilai yang baik akan membukakan lebih banyak jalan. Bagaimana tidak, dunia kerja dan universitas masih menggunakan nilai sebagai tolak ukur kualitas seseorang. Tanpa IPK 2,75 saya tidak akan lulus tes CPNS bukan? Tanpa nilai yang melampaui KKM, siswa-siswa saya tidak akan mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang mereka inginkan, dan tanpa nilai rapot yang baik, saya tidak akan lolos SBMPTN. 

Oke, kayaknya curhatnya cukup. Lanjut lagi tentang isi kelas penggerak yang sayang kalau dilewatkan, yakni miskonsepsi dalam dunia pendidikan. Beberapa miskonsepsi tersebut adalah:

1. Guru belajar menunggu instruksi Sekolah/ Dinas Pendidikan/ mendapat insentif.
2. Guru hanya belajar dari pakar/ ahli.
3. Guru cukup belajar "how to", bagaimana cara mengajar.
4. Guru belajar secara instan.
5. Guru bisa merdeka belajar sendirian.

Nah, itu dia beberapa miskonsepsi atau salah kaprah dalam dunia pendidikan.

Comments