Refleksi di Hari Guru


Hari guru kemarin, bisa jadi salah satu hari guru paling berkesan bagi saya. Sejak menjadi guru delapan tahun lalu, baru kali ini dapat kejutan dari siswa. Beberapa diantara mereka menyanyikan lagu Guruku Tersayang, diselingi puisi dan diakhiri acara pemberian bunga. Tak kalah pentingnya yaitu sesi foto dan selfie, haha..secara guru jaman now gitu..apa-apa difoto, gak kalah ngehits dari muridnya. 


Banyak rekan guru yang terharu dan menitikkan air mata, meskipun saya tidak. Entah karena mati rasa, kurang dapet chemistry nya, tahu ini settingan atau karena kebetulan pegang HP dan merekam pas mereka nyanyi makanya untuk nangis agak susah, saya kurang tahu. Walaupun begitu, saya merasa ini adalah hari guru paling berkesan. 

Namun, apakah hanya sampai disitu saja? Tidak, hari guru juga menjadi refleksi bagi saya "Apakah saya sudah menjadi guru yang dirindukan?" Yang bisa menjawab dengan valid pastinya pendapat siswa-siswi saya. 

Saya belum merasa menjadi guru yang dirindukan, karena masih ada siswa yang tidur di pelajaran saya, masih ada siswa yang tidak mengerti penjelasan saya, masih ada siswa yang bersorak gembira saat pelajaran saya kosong. Itu artinya, saya belum menjadi guru yang dirindukan, seutuhnya. Bukan dirindukan karena jarang masuk kelas, haha...

Selama setahun ini, saya pun belum merasa menjadi guru yang baik karena saya kurang mendukung mereka.  Saya kurang memberi kepercayaan bahwa mereka bisa, saya masih cenderung berpikiran negatif, masih memaksakan pola pikir lama yang kurang merdeka. Misalnya saja, saat salah satu anak wali saya kecelakaan dan cedera. Bukannya mendukung dia untuk berusaha mengejar ketertinggalannya, saya malah menyarankan dia untuk merelakan tidak naik kelas. Atau contoh lain saat ada anak wali saya yang ingin mencalonkan diri menjadi Ketua OSIS dan saya tidak memberikan dukungan karena track recordnya yang kurang bagus. Saya merasa belum melakukan hal yang benar sebagai guru, apalagi sebagai wali kelas. 

Meskipun demikian, saya merasa saya sudah lebih menguasai kelas dan lebih pandai bercerita atau bercanda. Saya tidak lagi menjadi seseorang yang kaku atau tak tahu lagi apa yang harus disampaikan di kelas ketika materi sudah habis. Saya sering merasa begitu saat harus melakukan pembinaan wali kelas. Seiring berjalannya waktu, saya semakin kehabisan waktu ketika saya mulai berbicara di depan kelas. Saya juga sudah bisa menggunakan humor saat pembelajaran. Yup, I think that's something...Karena dulu sekali, saya bahkan tidak bisa bercerita diluar pelajaran. 


Comments